23 January 2018
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3KB) Kabupaten Semarang Romlah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk kelanjutan pendidikan dua siswa yang diduga pemeran video mesum pelajar.
Video yang diduga diperankan siswa SMP, LR (13) dan siswi SMK, UN (16) ini sempat viral. Akibat video tersebut, keduanya mengundurkan diri dari sekolahnya masing-masing.
"Karena kelas tiga mau ujian, dari Dinas Pendidikan memberikan solusi agar mereka bisa ikut kejar paket, supaya bisa ikut ujian," ujar Romlah, Selasa (23/1/2018).
Romlah mengatakan, memasuki era milenial, generasi muda di Indonesia sebenarnya gagap dalam menghadapi berkembangnya teknologi informasi, media sosial, dan telepon pintar.
Mereka tidak sadar, kemajuan teknologi ibarat mata pisau. Bisa berdampak positif sekaligus negatif.
"Ibarat pisau bisa untuk ngupas mangga, jadi youtuber berisi konten-konten positif, upload ide dapat uang. Tapi sisi lain, ada yang menggunakanya secara tidak bijaksana, misalnya untuk upload konten porno," jelasnya.
Menurut Romlah, tidak ada jalan keluar lain dari permasalahan ini kecuali menanamkan nilai-nilai agama dan nilai budaya yang luhur kepada anak sejak dini.
Seorang anak, lanjutnya, mempunyai tiga wilayah. Yakni rumah atau keluarga, sekolah, dan dunia luar di antara keduanya.
"Siapa yang mengendalikan? guru dan orangtua tidak bisa. Kita tidak bisa memilihkan siapa teman-temannya," kata Romlah.
Konseling Teman Sebaya
Romlah menjelaskan, saat ini Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Semarang mempunyai program konseling teman sebaya. Yakni program pemberdayaan remaja dengan melibatkan genarasi muda yang berprestasi.
Pada masa remaja, sambung Romlah, anak-anak cenderung lebih percaya pada teman sebayanya dari pada orang dewasa.
Hal ini merupakan potensi besar bila pesan-pesan yang disampaikan oleh pendidik sebaya atau peer educators tersebut adalah pesan positif, seperti "say no to drugs", "no free sex", dan "no HIV".
"Menyelamatkan satu anak, itu menyelamatan satu dunia. Kalau semua orang berpikir dan bertindak demikian, maka keteraturan dunia ini akan tercipta," tuturnya.
Sebelumnya dikabarkan, DPPPAKB Kabupaten Semarang menerjunkan tim untuk mendampingi pemeran video mesum pelajar yang sempat viral di pesan lintas platform, WhatsApp baru-baru ini.
Pendampingan dilakukan untuk meminimalisasi dampak psikologis kedua pemeran yang masih tergolong anak-anak.
"Rencana siang ini, kami akan menjangkau, assessment ke pemerannya, karena dua-duanya sama-sama anak jadi kita dampingi selama prosesnya," kata Virgina Orchid, petugas pendamping dari Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) DPPPAKB.
Sebagaimana diketahui, video mesum berdurasi 3 menit tersebut diduga diperankan dua pelajar di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Video tersebut diperkirakan dibuat di rumah siswa SMP pada tahun 2017 dan saat ini masih beredar luas.
Para pelajar yang diduga ada dalam video tersebut disebutkan telah mengundurkan dari sekolah. Remaja laki-laki yang masih duduk di kelas IX SMP mengundurkan diri pada 10 Januari 2018.
Sedangkan remaja peremuan yang masih duduk di kelas XI sebuah SMK di Kecamatan Pringapus mengundurkan diri pada 15 Januari lalu.
