01 December 2017
Gunung Agung di Bali sejak Sabtu (25/11/2017) mulai menunjukkan "taringnya". Abu vulkanik pun terus keluar dari gunung tersebut. Salah satu dampaknya adalah ditutupnya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sejak Senin (27/11/2017).
Meski demikian, berbagai pihak terutama industri pariwisata terus menekankan bahwa aspek pariwisata di "Pulau Dewata" termasuk aman. Hal itu juga dirasakan penduduk Bali.
Akun Facebook bernama Tony Wijaya, misalnya, mengunggah beberapa foto turis yang sedang selfie atau swafoto dengan latar Gunung Agung.
Ahli vulkanologi Surono mengatakan, peristiwa Gunung Agung kali ini bisa menjadi sebuah tontonan dan diabadikan turis. Sebab, peristiwa seperti ini sangat jarang terjadi, bahkan harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa melihat proses alami tersebut.
“Ini kan bisa jadi dokumentasi yang unik, bisa foto-foto di sana. Asalkan berada di luar radius, nggak terlalu dekat (dengan Gunung Agung). Kalau dekat nanti nggak indah,” tutur Mbah Surono kepada KompasTravel beberapa waktu lalu.
Mbah Surono melanjutkan bahwa seharusnya masyarakat, terutama masyarakat Bali, tidak perlu berlebihan menanggapi peristiwa ini. Sebab Bali adalah milik dunia dan banyak tempat wisata yang masih bisa dikunjungi.
Surono mengimbau agar para wisatawan berada pada jarak yang aman, minimal enam kilometer dari letak Gunung Agung. Selain itu, warga dan wisatawan juga dihimbau untuk menggunakan masker ketika berada dekat dengan lokasi yang terdampak abu vulkanik dari Gunung Agung.
Salah satu warga asli Bali, Karda Baguz Made, setuju dengan hal tersebut. Wisata ke Bali tetap aman selama wisatawan berada di radius yang aman.
“Bahkan banyak tamu yang tidak ingin melewatkan momen swafoto dengan latar belakang Gunung Agung meletus karena momen ini tidak setiap saat bisa di lihat,” kata Operational Manager Bebek Tepi Sawah Restaurant tersebut saat dihubungi KompasTravel, Selasa (28/11/2017).
Beberapa kali Baguz berbincang dengan wisatawan, mereka tidak merasa ketakutan terkait erupsi Gunung Agung. Hal yang lebih dikhawatirkan para turis adalah pembatalan penerbangan.
“Alasannya flight cancel yang menyebabkan mereka (wisatawan) susah untuk kembali ke negaranya,” kata Baguz.